Makalah: Agar Beriman Selalu Meskipun Ramadhan Berlalu

Agar Beriman Selalu Meskipun Ramadhan Berlalu

Amir Sahidin, M.Ag

Pengajar PPTQ Ibnu Mas’ud, Purbalingga

Pendahuluan

Dalam buku Minhaj karya Prof. Hamid Fahmi Zarkasyi, ia pernah menceritakan kisah pribadi yang sangat penting untuk kita ambil perlajaran. Kisah tersebut yaitu, suatu ketika Prof. Hamid berkunjung ke Melbourne, Australia tahun 2012. Ketika Prof. Hamid mengisi di Masjid Clayton, ia bertemu dengan Nuaim Khayyat asal Indonesia, penyiar Radio Australia yang sangat terkenal pada tahun 1980-an. Dalam pertemuan tersebut, Nuaim bercerita dan sekaligus bertanya, “Bulan puasa tahun lalu saya pulang ke Indonesia dan saya menyaksikan semarak gemita Muslim dalam menyambut datangan bulan Ramadhan yang luar biasa. Ibadah tarawih, ceramah, peringatan Nuzulul Qur’an dan lain sebagainya dengan sangat gegap gemita, baik di masjid-masjid, media elektronik ataupun di jalan-jalan. Tapi mengapa korupsi dan tindakan kriminal juga masih terus marak di kalangan umat Islam (Indonesia)?”.

Prof. Hamid pun kemudian menjawab sebagaimana jawaban Syekh Mutawalli Asy-Sya’rawi ketika ditanya oleh seorang orientalis, “Mengapa Allah jadikan orang-orang kafir berkuasa atas umat Islam, padahal dalam surat An-Nisa ayat 141 dijelaskan:

وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا

“Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk (menguasai) orang-orang yang beriman (Mukminin)”

Syekh Mutawalli Asy-Sya’rawi pun menjawab, demikian itu karena kami masih Muslimin belum Mukminin. Sang Syekh menerangkan bahwa kaum Muslimin hari ini menunaikan syiar-syiar Islam, dari shalat, zakat, puasa ramadhan hingga haji, namun mereka sangat gersang akan ilmu dan iman. Syekh Mutawalli menyitir surat Al-Hujurat ayat 14:

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ

“Orang-orang Arab Badui itu berkata: ‘Kami telah beriman’. Katakanlah: “Kamu belum beriman tapi katakanlah, ‘Kami telah berislam’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu”

Sebab Kemunduran Umat Islam

Dari nukilan kisah tersebut, menunjukkan bahwa kemunduran umat Islam hari ini, berupa dikuasainya oleh orang-orang kafir, terjadinya banyak korupsi, kemaksiatan dan kemungkaran-kumungkaran lainnya, adalah karena kualitas keislaman umat Islam yang masih sebatas ibadah ritual dan gersang akan ilmu serta keimanan. Untuk itu, penting bagi kita untuk senantiasa meningkatkan kualitas keislaman menuju keimanan yang kuat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Agar kita dapat meningkatkan kualitas keislaman menuju keimanan, maka setidaknya kita harus melibatkan tiga aspek dalam kehidupan, yaitu ucapan dengan lisan, keyakinan dalam hati dan amal dengan anggota badan.  Pertama: Maksud ucapan dengan lisan yaitu, benar-benar mengikrarkan syahadat dengan penuh keilmuan.  Kedua: Maksud keyakinan dengan hati adalah, menyakinan, menerima dan membenarkan segala apa yang datang dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketiga: Maksud beramal dengan aggota badan yakni, mengamalkan apa yang diikrarkan dan diyakini tersebut dengan perilaku kita baik dalam bentuk ibadah praktis ataupun ibadah sosial.

Menggapai Tingkat Keimanan

Dari ketiga aspek tersebut, aspek ketiga atau amal inilah yang harus mendapat porsi terbesar untuk menggapai tingkat keimanan. Demikian itu karena tujuan diciptakannya kehidupan dan kematian adalah untuk menguji siapakah yang paling baik amalnya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mulk ayat 2:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”

Selain itu, banyak sekali ayat-ayat yang menyeru orang-orang Mukmin disertai berbagai perintah untuk melaksanakan amal, seperti mendirikan shalat, puasa, berhijah, berjihad, dan lain sebagainya. Semua ini menunjukkan akan pentingnya membuktikan keimanan dengan amalan anggota badan.

Sebaliknya, mereka yang enggan beramal dan justru melakukan dosa-dosa besar, maka mereka adalah orang-orang yang tidak beriman meskipun telah masuk Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda riwayat Muslim, no. 57:

لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ

“Tidak beriman seorang pezina itu ketika berzina. Tidaklah beriman seorang pencuri itu ketika mencuri. Tidaklah beriman seorang yang menenggak arak itu ketika menenggaknya”

Untuk itulah, seorang yang beriman atau Mukmin tidak akan melakukan tindakan korupsi, menyengsarakan rakyat, mengkhianati amanah dan melakukan berbagai kemaksiatan dan kemungkaran.

Penutup

Dari berbagai pemaparan tersebut dapat disimpulkan, agar kita selalu beriman meskipun Ramadhan telah berlalu adalah, dengan senantiasa meningkatkan kualitas amal dengan diiringi ilmu dan keyakinan. Semoga kita senantiasa istiqamah dalam menjalankan perintah-perintah Allah dan mejauhi larangan-larangan-Nya, aamin ya Rabb.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *