Ayah Bunda, Semailah Bibit Kebaikan untuk Anak-anak agar Kita Juga Menuai Kebaikan Kelak
Purbalingga (9/8/2022)– Barangsiapa yang menyemai (menanam) kebaikan maka ia akan menuai (memanen) kebaikan. Sebaliknya, jika seseorang menyemai keburukan maka ia juga akan menuai keburukan.
“Menuai apa yang disemai ini berlaku untuk segala perkara, entah itu yang baik ataukah yang buruk,” kata Ketua Takmir Masjid Agung Darussalam Purbalingga, Ustadz Hanif Ahmas, S.Th.I., M.Hum.
Dia menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara dalam Pengajian Wali Santri RQ (Rumah Qur’an) Blumbang, Purbalingga Lor, bertema Menuai Apa Yang Disemai, Ahad (7/8).
Hanif mengatakan, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,.” (QS. Al Isra’ :7)
Setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk berlomba-lomba dalam bercocok tanam dengan amalan masing-masing saat di dunia. Mereka akan mendapatkan perolehan hasil dari bibit yang mereka semai di ladang amal mereka. Bibit yang baik lagi unggul maka akan mendapatkan hasil panen yang memuaskan dan menggembirakan.
Sebagai contoh dapat kita lihat dalam sebuah hadits berikut, yakni hadits dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu dia berkata, ‘Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,َ “Sesungguhnya Allah azza wa jalla benar-benar akan mengangkat derajat seorang hamba shalih di surga. Lantas hamba itu berkata, ‘Wahai Rabb-ku, bagaimana aku mendapatkan derajat ini?’ Maka Allah subhaanahu wata’aalaa berfirman, ‘Dengan sebab istighfar (permohonan ampun) anakmu untukmu.’” (HR. Ahmad (10618), Ibnu majah (3660), Shahiih al-Jaami’ (1617), as-Shahiihah (1598))
“Ini adalah salah satu keutamaan istighfar seorang anak bagi orang tuanya. Bahkan sebagai bagian dari bentuk baktinya seorang anak kepada orang tuanya. Sungguh, pendidikan agama yang baik adalah hadiah teristimewa dari orang tua untuk anak-anaknya. Sekaligus menjadi sebuah usaha orang tua dalam menyemai bibit hingga anak-anak itu memberi menfaat untuk orang tuanya,” ujar Hanif.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Hakim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR. Al Hakim: 7679).
“Maka, ketika orang tua menebar benih kebaikan kepada anak-anaknya, maka orang tua akan mendapatkan kebaikan dari Allah melalui kebaikan anak-anak yang telah mereka didik dengan pendidikan agama yang baik,” pesannya.
Adapun mereka yang menabur benih-benih keburukan, lantas mereka terlena dengan keburukan yang mereka tiada sadari. Kelak hal itu akan membuat mereka menyesal dengan sejadi-jadinya. Penyesalan itu memuncak ketika mereka masuk ke dalam neraka dan menjadi pendengar khutbah penyayat hati dari ibllis yang telah menyesatkannya.
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :ْ “Tatkala hari kiamat Iblis berdiri di atas sebuah mimbar dari api lalu berkhutbah seraya berkata, “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya.” (Tafsiir At-Thobari 16/563)
Al-Haafizh Ibnu Katsiir rahimahullah berkata : “Allah mengabarkan tentang khutbah yang disampaikan oleh Iblis kepada para pengikutnya, yaitu setelah Allah memutuskan/menghisab para hambaNya, lalu Allah memasukan kaum mukminin ke surga, dan Allah menempatkan orang-orang kafir ke dalam neraka jahannam. Maka Iblispun tatkala itu berdiri dan berkhutbah kepada para pengikutnya agar semakin menambah kesedihan di atas kesedihan mereka, kerugian di atas kerugian, serta penyesalan di atas penyesalan.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adziim 4/489)
Khutbah tersebut disampaikan oleh Iblis kepada para pengikutnya pada saat yang sangat menegangkan. Tatkala mereka pertama kali dimasukkan ke dalam neraka jahannam. Kemudian mereka melihat api yang menyala-nyala yang siap membakar mereka. Khutbah tersebut benar-benar masuk ke dalam hati para pengikut Iblis. Khutbah yang mengalirkan dan menguras air mata kesedihan dan penyesalan.
Khutbah yang benar-benar telah menyadarkan mereka akan kesalahan-kesalahan mereka atas semua benih keburukan yang mereka semai di dunia. Khutbah yang menyadarkan mereka bahwasanya selama ini mereka hanya terpedaya oleh sang pemimpin dan sang pemandu ke jalan kebinasaan, yakni Iblis la’natullah ‘alaihi.
Allah menyebutkan khutbah Iblis yang sangat menyentuh tersebut: “Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam syurga itu ialah “salaam”[*]. (QS. Ibrahim : 22) [*] Artinya: sejahtera dari segala bencana.
“Di kala orang tua di zaman sekarang ini tetap sibuk dalam urusan dunia dan ia terjebak setan hingga menunda dan meninggalkan pendidikan anak, maka yang akan menghampiri mereka (orang tua) hanyalah penyesalan,” ingatnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. dan Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun”. (QS. Faathir : 37)
Semua penghuni neraka akan merasakan penyesalan yang sangat besar. Anak, murid, santri, dan juga rakyat akan menyesal yang telah mengikuti orang tua, guru, ustadz dan para pemimpin yang menyesatkan. Di kala itu mereka (para pemimpin) berlepas tangan dan tidak bisa menolong yang dipimpinnya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
“(yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. (QS. Al Baqarah ; 166 – 167)
“Maka semailah segala bibit kebaikan ketika kita hidup di dunia yang sementara ini. Sayangilah diri kita dan anak cucu kita dengan cara melakukan segala amal terbaik yang mendatangkan ridha Nya. Semoga Allah memudahkan urusan kita,” kata Hanif.(ais)
1 Response
[…] Baca Juga: http://ibnumasud.net/ayah-bunda-semailah-bibit-kebaikan-untuk-anak-anak-agar-kita-juga-menuai-kebai… […]