Khutbah Jum’at: Menjadi Orang Tua Teladan Zaman Now

MENJADI ORANG TUA TELADAN ZAMAN NOW

Amir Sahidin, M.Ag

(Pengajar PPTQ Ibnu Mas’ud Purbalingga)

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Kaum muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah subhanahu wata’ala dengan nikmat-Nya dan hidayah-Nya kita dapat berkumpul di sini menunaikan shalat Jumat secara berjamaah.

Kedua kalinya, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan agama yang sempurna kepada umat manusia. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang selalu berpegang teguh dengan ajaran beliau hingga ajal menjemput.

Ketiga kalinya, di sini khatib mewasiatkan kepada diri pribadi dan kepada para jamaah shalat Jumat sekalian, untuk senantiasa bertakwa dengan sebenar-benar takwa. Yaitu senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah kapan pun dan di mana pun kita berada. Demikian itu karena sebaik-baik bekal kita kelak untuk menuju Allah Ta’ala adalah dengan takwa.

Kaum muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Sudah menjadi keinginan seluruh masyarakat dan khususnya orangtua, untuk memiliki anak yang shalih. Di mana anak yang shalih akan senantiasa berbakti dan menjadi amal jariah orang tuanya di dunia dan di akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda dalam riwayat Muslim no 1631:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan doa anak yang sholeh”

Akan tetapi, realitanya pada zaman now banyak sekali bermunculan beragam keluhan dari berbagai lapisan masyarakat tentang tingkah laku anak-anak mereka, baik dari kalangan pengangguran, penjual koran, hingga kalangan terpandang. Mereka mengeluhkan kerusakan moral anak-anak mereka. Kerusakan moral tersebut semakin diperparah dengan buruknya pergaulan terhadap orang lain, dan bahkan terhadap kedua orang tuanya sendiri.

Semua itu membuat orang tua berkeluh kesah, sehingga di antara mereka ada yang menyalahkan zaman now. Mereka menganggap bahwa zaman now serba canggih dan anak-anaknya lebih cerdas daripada anak-anak masa lampau. Sehingga, mereka lupa, bahwa yang menjadi masalah utama bukan karena zaman dan kecerdasan anak, namun masalahnya terdapat pada orang tua, yaitu  mereka sendiri.

Kaum muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Sejatinya orang tua-lah yang pertama kali harus mengoreksi diri dari berbagai kerusakan remaja saat ini. Demikian itu karena seorang anak ketika dilahirkan di dunia, mereka tidak mampu berbuat apa-apa. Mereka tidak mengenal dan mengetahui apapun selain dari apa yang diajarkan oleh kedua orang tuanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengingatkan dengan sabdanya dalam riwayat al-Bukhari no 1358 dan Muslim no 6697:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka ibu bapaknya yang menjadikan agamanya yahudi, nasrani atau majusi”

Hadis di atas menunjukkan betapa pentingnya peran orang tua terhadap masa depan anak-anaknya. Untuk itu yang menjadi penyebab utama kerusakan anak bukan pada zaman dan kecerdasan, melainkan karena orang tuanya. Yaitu, sudahkah mereka mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang benar sesuai tuntunan syariat Islam?

Kaum muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Dalam konsep pendidikan Islam, orang tua yang baik hedaknya memiliki rasa takut kepada Allah jika meninggalkan anak-anaknya dalam kondisi lemah dan jauh dari rahmat Rabb-nya. Allah Ta’ala berfirman dalam surat an-Nisa’: 9:

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”

Ayat di atas menunjukkan landasan penting yang harus dipahami oleh orang tua, yakni hendaknya orang tua memiliki rasa takut terhadap masa depan keturunannya. Yaitu rasa takut yang membuatnya senantiasa berhati-hati; mawas diri, manambah ilmu; memperhatikan pendidikan; teman; dan pergaulan anak-anaknya.

Kaum muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Pada ayat di atas pula terdapat dua keteladan penting yang harus dimiliki kedua orang tua untuk mendidik anak-anaknya, yaitu keteladanan takwa dan perkataan yang benar (jujur). Kedua hal ini merupakan keteladanan penting untuk diajarkan dan ditanamkan pada diri sang anak. Adapun penjelasan ringkasnya adalah sebagai berikut:

  1. Bertakwa

Hendaknya orang tua senantiasa bertakwa semampunya kapan pun atau di mana pun ia berada, kemudian menanamkan takwa tersebut kepada anak-anaknya. Orang tua harus paham bahwa takwa akan menghantarkan anak-anaknya menuju derajat yang tinggi baik di dunia, terlebih di akhirat.

Takwa sendiri merupakan kata yang singkat namun mengandung makna yang sangat luas, makna-makna tersebut merujuk pada satu konsep, yaitu melaksanakan semua perintah Allah Ta’ala dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Sehinga orang yang bertakwa adalah mereka yang menjauhi seluruh larangan-larangan Allah dan sekuat tenaga menjalankan perintah-perintah-Nya.

Terkait dengan makna takwa yang sebenarnya, Ali bin Abi Thalib pernah menerangkan dengan ungkapannya:

الخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ، وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ وَالْقَنَاعَةُ بِالْقَلِيْلِ، وَالْاِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ

“Takut kepada (Allah) yang Maha Mulia, mengamalkan dengan apa yang diturunkan (Al-Qur’an dan sunnah), merasa cukup (qana’ah) dengan yang sedikit dan mempersiapkan diri untuk hari perjalalanan (hari kiamat). (Muhammad bin Yusuf asy-Syami, Subul al-Huda wa ar-Rasyad :1/142)

  1. Mengucapkan perkataan yang benar

Hendaknya orang tua selalu mengucapkan perkataan yang benar dan jujur kepada anak-anaknya. Yaitu jujur baik secara hati, lisan maupun perbuatan. Kemudian menanamkan akhlak mulia tersebut kepada anak-anak mereka.

Kejujuran merupakan salah satu pokok akhlak mulia dan adab yang harus senantiasa ditanamkan pada diri seorang anak. Bahkan menanamkan akhlak mulia dan adab lebih diutamakan daripada suatu ilmu tertentu. Sebagaimana ungkapan para ulama ketika menafsirkan firman Allah dalam surat at-Tahrim: 6, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. Ulama dari kalangan sahabat seperti Ali bin Abi Thalib mengatakan  “Didiklah mereka dengan adab dan ajarkan mereka dengan ilmu” (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim: 8/167).

Kemudian Umar bin Khaththab pun pernah menguatkan makna tafsiran tersebut dengan ungkapannya, “Taaddabu tsumma ta’allamu” yang berarti, “Pelajarilah adab kemudian pelajarilah ilmu” (Abdul Qadir al-Jilani, al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haq: hlm. 54)

Kaum muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Dari berbagai pemaparan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab pendidikan yang pertama adalah orang tuanya. Sehingga para orang tua-lah yang harus pertama kali mengoreksi diri jika terjadi kerusakan pada anak-anaknya.

Kemudian Al-Qur’an telah memberikan landasan dan keteladanan penting dalam mendidik generasi berikutnya, yaitu hendaknya orang tua memiliki rasa takut kepada Allah dan memberikan keteladanan yang baik berupa ketakwaan dan kejujuran.

Semoga kita semua Allah karunakan anak yang shalih lagi bermanfaat untuk umat manusia secara umum dan khususnya untuk umat Islam, aamin ya Rabb.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ،

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا.

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ حُكَّامًا وَمَحْكُوْمِيْنَ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ اشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَاهُمْ، وَفُكَّ أَسْرَانَا وَأَسْرَاهُمْ، وَاغْفِرْ لِمَوْتَانَا وَمَوْتَاهُمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.

Repost dari: Dakwah.id

Link: http://dakwah.id/khutbah-jumat-singkat-menjadi-orangtua-teladan-zaman-now/

Ilustrasi gambar dari: Islampos.com

Link: https://www.islampos.com/keteladanan-orang-tua-dalam-mendidik-anak-239548/

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *