Kultum Singkat: Beberapa Hal Tentang Dusta Dalam Islam
Beberapa Hal Tentang Dusta Dalam Islam
Oleh: Ilham Maulana
(Mahasantri PPTQ Ibnu Mas’ud Semester 3)
Saat ini kita hidup di zaman yang penuh dengan kedustaan, “dunia yang penuh tipu-tipu”, Kata anak-anak muda zaman sekarang. Bagaimana tidak, di negara kita saja, banyak dari masyarakat atau pun para pejabat yang berdusta (berbohong) agar dapat hidup mewah, nyaman, dan nikmat.
Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa dusta atau bohong adalah mengabarkan (mengatakan) sesuatu yang bertentangan dengan realita, dengan kata lain tidak ada kesesuaian antara berita dengan kenyataan, atau bisa diartikan dengan menjanjikan sesuatu tanpa memenuhinya. Terkiat hal ini Allah Ta’ala berfirman dalam surat As-Shaff ayat 2-3:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?. Sangat besarlah kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.”
Selain itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
“Cukuplah seseorang (dianggap) berdusta jika ia menceritakan segala sesuatu yang ia dengar” (H.R Muslim)
Maksud dari hadits tersebut bukan berarti kita dilarang menyampaikan suatu berita (informasi) yang kita dengar kepada orang lain, tetapi kita hendaknya mengecek kebenaran berita tersebut sebelum menyampaikan kepada orang lain.
4 Kedustaan Dalam Ber-Agama
Imam Al-Ghazali pernah berkata terkait dusta ini, yaitu: “Barangsiapa yang mengakui 4 perkara tanpa disertai dengan 4 perkara lainnya, maka ia termasuk seorang pendusta ,empat perkara itu ialah:
- Barangsiapa yang mengaku “cinta surga” tetapi tidak melakukan “ketaatan kepada Allah” maka ia adalah pendusta.
- Barangsiapa yang mengaku “cinta kepada Nabi Muhammad SAW” tetapi tidak “cinta kepada guru, ulama, dan fuqaha” maka ia adalah seorang pendusta.
- Barangsiapa yang mengaku “takut kepada api neraka” tetapi ia tidak “meninggalkan kemaksiatan” maka ia adalah seorang pendusta.
- Barangsiapa yang mengaku “mencintai Allah SWT“ tetapi ia mengeluh terhadap setiap cobaan yang menimpanya, maka ia adalah seorang pendusta.
Dusta yang dibolehkan
Meskipun dusta biasanya tergambar sebagai hal buruk dan tidak boleh di lakukan, akan tetapi ada keadaan di mana perbuatan dusta diperbolehkan, diantaranya ialah:
Pertama: Berdusta di masa peperangan, di mana tersebar dan bocornya suatu informasi terkait stategi dan sebagainya dapat berdampak sangat fatal di dalam sebuah peperangan. Sehingga dalam kondisi demikian, diperbolehkan berdusta. Terlebih perang sangat sarat dengan tipu daya.
Kedua: Berdusta untuk mendamaikan antara dua orang yang berselisih. Meskipun berdusta adalah sesuatu yang tidak baik, tetapi ketika dilakukan untuk mendamaikan dua orang yang sedang berselisih, sehingga mereka dapat berdamai dan terbentuk persatuan serta ukhuwah kembali, maka itu dipebolehkan.
Ketiga: Berdustanya suami kepada istrinya agar ia tidak kecewa dan marah, ataupun sebaliknya, berdustanya istri kepada suaminya agar ia tidak marah dan kecewa. Misalnya, ada pasangan suami istri yang baru menikah dan baru membangun rumah tangga, kemudian si istri memasakan makanan untuk sang suami dan ia pun salah dalam manakar garamnya, sehingga rasanya terlalu asin, maka sang suami boleh mengatakan makanan tersebut enak untuk menjaga hati dan perasaan istrinya.
Ketiga hal tersebut, sebagaimana terdapat di dalam hadis riwayat Ummu Kulsum, berkata: saya tidak pernah mendengar beliau SAW memberikan rukhshah (keringanan) pada sesuatu yang dikatakan oleh manusia sebagai “Kedustaan” kecuali pada tiga hal ini:
“Kebohongan dalam peperangan, mendamaikan antara dua orang yang berselisih, dan kebohongan suami untuk (menyenangkan) istrinya, serta kebohongan istri untuk (menyenangkan) suaminya” (Muttafaq ‘Alaih).
Penutup
Dari berbagai pemaparan tersebut, semoga kita semua dijauhkan dan dijaga oleh Allah SWT dari kebohongan dan kedustaan. Semoga Allah mudahkan kita untuk terus berkata jujur, karena kejujuran akan mengarahkan ke dalam surga, sedangkan kedustaan akan mengarahkan seseorang menuju jurang neraka.
Gambar dari: detik.com
Link: https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7413568/dusta-pengertian-macam-macam-dan-ciri-cirinya
Komentar Terbaru