Makalah: Tantangan Al-Quran Bagi yang Meragukan Kebenarannya

Tantangan Al-Quran Bagi yang Meragukan Kebenarannya

oleh: Amir Sahidin, M.Ag

(Pengajar PPTQ Ibnu Mas’ud)

Al-Quran sebagai kalamullah merupakan mukjizat teragung yang diturunkan kepada nabi terakhir, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia merupakan petunjuk bagi seluruh alam yang akan senantiasa menjadi pedoman hidup dan didakwahkan kepada seluruh manusia.

Karenanya, Allah sebagai Rabb yang menurunkan al-Quran senantiasa menjaga dan melindungi keautentikannya hingga hari kiamat. Di antara cara Allah menjaganya adalah dengan menetapkan kepadanya sifat melemahkan (i’jaz).

Sifat yang melemahkan ini berbentuk tantangan bagi seluruh manusia untuk mendatangkan semisal dari al-Quran. Jika tantangan tersebut dapat dijawab, maka al-Quran bukan berasal dari Allah. Namun jika tidak ada yang mampu menjawabnya, maka jelas al-Quran merupakan mukjizat yang Allah turunkan sebagai petunjuk bagi seluruh alam.

Tidak hanya itu, tantangan al-Quran juga merupakan bukti tak terbantahkan bagi mereka yang meragukan isi dan keautentikan al-Quran.

Misalnya, menganggap bahwa al-Quran adalah teks manusia dan produk budaya (muntaj tsaqafi), sebagaimana dikatakan oleh Nasr Hamid Abu Zayd. (Nasr Hamid Abu Zayd, Naqd al-Khithâb ad-Dînî, 126; Mafhûm an-Nash, Dirâsah fî ‘Ulûm al-Quran, 24)

Semua anggapan ini tak dapat dibenarkan sama sekali. Dr. Wahbah Zuhaili menerangkan bahwa al-Quran adalah kalamullah dengan susunan-susunan (teks) nya maupun makna-maknanya. (Al-Wajîz fî Ushûl al-Fiqh, 24)

Jika dikatakan bahwa al-Quran adalah produk budaya, maka tentu al-Quran tidak akan didustakan oleh orang-orang musyrik pada saat itu. Justru sebaliknya, al-Quran dianggap sebagai sihir yang nyata (QS. Ash-Shaf: 6).

Al-Quran juga memerintahkan untuk meninggalkan budaya-budaya Jahiliyah pada saat itu, seperti meminum khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah dan lain-lainnya (QS. Al-Maidah: 90).

Lebih dari itu, Allah pun telah menjaga al-Quran dengan adanya tantangan bagi mereka yang meragukan isi maupun keautentikannya. Jika para penentang al-Quran merasa benar dengan anggapan dan tuduhannya, maka mereka wajib untuk menjawab tantangan al-Quran tersebut.

Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan membahas tentang tantangan al-Quran yang merupakan bukti tak terbantahkan akan kebenaran al-Quran itu sendiri.

3 Tantangan Al-Quran yang Tidak Terbantahkan Hingga Saat Ini

Al-Quran secara etimologi merupakan masdar dari qara’a-yaqra’u-qirâ’atan-qur’ânan (قَرَأَ-يَقْرَأُ- قِرَاءَةً – قُرْآناً) yang artinya mengumpulkan.

Disebut dengan al-Quran karena ia mengumpulkan kisah-kisah, perintah, larangan, janji, ancaman, ayat-ayat, dan surat-surat yang ada. (Ibnu Manzur, Lisan al-‘Arab, 1/129)

Adapun secara terminologi, pengertian al-Quran adalah perkataan Allah yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan lisan Arab, sebagai pelemah (i’jaz) walaupun dengan surat terpendek darinya, tertuang dalam mushaf, dinukil dengan mutawatir, berupa ibadah ketika membacanya, dimulai dengan surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nas. (Wahbah Zuhaili, al-Wajiz fi Ushul al-Fiqh, 24)

Dalam kitab Mabahits fi ‘Ulum al-Quran, syaikh Manna’ al-Qaththan (250) menjelaskan, al-Quran menantang seluruh manusia yang meragukannya dengan tiga tingkatan berikut ini.

Pertama: Tantangan untuk mendatangkan semisal dengan keseluruhan al-Quran.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

قُلْ لَّىِٕنِ اجْتَمَعَتِ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلٰٓى اَنْ يَّأْتُوْا بِمِثْلِ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لَا يَأْتُوْنَ بِمِثْلِهٖ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا

Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.’” (QS. Al-Isra’: 88)

Karena ketidakmampuan manusia terkhusus masyarakat Arab pada saat itu untuk menjawabnya, maka Allah rendahkan mereka dengan tantangan yang lebih ringan sebagaimana pada tingkatan kedua di bawah ini.

Kedua: al-Quran menantang untuk mendatangkan semisal dengan sepuluh surat darinya.

Allah berfirman,

Bahkan mereka mengatakan, ‘Dia (Muhammad) telah membuat-buat al-Quran itu’, Katakanlah, ‘(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surat semisal dengannya (Al-Quran) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar’. Jika mereka tidak memenuhi tantanganmu, maka ketahuilah, bahwa (Al-Quran) itu diturunkan dengan ilmu Allah…” (QS. Hud: 13-14)

Karena ketidaksanggupan mereka untuk menjawab tantangan tersebut, maka Allah hinakan dengan tantangan yang lebih ringan lagi sebagaimana pada tingkatan ketiga di bawah ini.

Ketiga: Al-Quran menantang untuk mendatangkan semisal dengan satu surat darinya, sekalipun dengan surat terpendek.

Allah berfirman,

اَمْ يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُ ۗ قُلْ فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّثْلِهٖ

Atau (patutkah) mereka mengatakan Muhammad membuat-buatnya. Katakanlah: ‘(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan satu surat semisal dengannya…, (QS. Yunus: 38)

Juga Allah kuatkan lagi dengan firman-Nya,

وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah: 23)

Bukti Keabsahan Tantangan Al-Quran

Jika tantangan tersebut melemahkan mereka untuk mendatangkan semisal darinya, maka hal ini menunjukkan kebenaran al-Quran, dan menunjukkan kebatilan para penentangnya. Akan tetapi tantangan ini tidak akan sempurna hasilnya kecuali jika terpenuhi syarat-syarat keabsahan tantangan tersebut.

Maka untuk menjelaskan kebenaran tantangan al-Quran ini secara ilmiah, Abdul Karim Zaidan dalam kitab Ushûl ad-Dakwah (30) menyebutkan syarat-syaratnya sebagai berikut:

Pertama: Hendaknya pembahasan dari tantangan tersebut masuk dalam kategori kemampuan orang yang ditantang. Sehingga tidak sah menantang seseorang dalam pembahasan yang tidak ia mampu.

Kedua: Orang yang ditantang memiliki kehendak dan keinginan untuk menjawab tantangan tersebut. Sehingga, tidak cukup hanya mengandalkan sarat yang pertama untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan dari tantangan tersebut.

Ketiga: Tidak adanya penghalang dalam memberikan jawaban. Maksud dari penghalang di sini adalah, adanya ketakutan kepada si penantang karena kekuatan dan adanya kemungkinan akan mendapatkan penyiksaan dari si penantang.

Oleh sebab itu, tidak cukup hanya terpenuhi dua syarat di atas dalam sebuah tantangan yang benar dan absah. Ini semua merupakan syarat-syarat penting untuk mendapatkan hasil yang benar dalam sebuah tantangan.

Lantas, apakah tantangan al-Quran kepada manusia, terkhusus pada orang-orang musyrik Arab pada saat itu, memenuhi syarat-syarat ini? Jawabnya adalah terpenuhi.

Realisasi Tantangan Al-Quran

Syarat-syarat tantangan sebagaimana yang telah disebutkan di atas telah terdapat pada al-Quran, antara lain:

Pertama: bahwa orang-orang Quraisy dan suku-suku Arab pada umumnya terkenal dengan ilmu Balaghah, Fashahah, Syair dan menguasai lisan Arab atau bahasa Arab, bahkan di kalangan mereka sering diadakan perlombaan khutbah dan syair-syair yang indah.

Demikian pula dengan al-Quran, dimana Allah menurunkannya dengan lisan Arab, berbahasa Arab, juga mengandung ilmu Balaghah, Fashahah dan Syair. Sehingga syarat pertama terpenuhi.

Kedua: bahwa orang-orang musyrik Quraisy sangat getol dalam memusuhi Rasulullah, mereka juga menentang dan berkeinginan kuat untuk membatalkan kebenaran al-Quran yang Rasulullah bawa. Karenanya, syarat kedua pun terpenuhi, yaitu adanya keinginan untuk menjawab tantangan tersebut.

Ketiga: tidak adanya penghalang yang menghalangi adanya jawaban yang benar dan absah. Syarat ini pun ada pada tantangan al-Quran.

Perkara ini dibuktikan bahwa pada saat itu kekuatan dan kekuasaan ada di tangan orang-orang musyrik Makkah. Adapun kaum muslimin dan Rasulullah adalah orang-orang yang lemah tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan.

Bahkan sebagian para sahabat berhijrah ke Habasyah untuk mencari perlindungan atau suaka politik di negeri lain. Ini semua menunjukkan tidak adanya penghalang yang menghalangi jawaban dari tantangan tersebut.

Respon Kaum Musyrik Terhadap Tantangan Al-Quran

Hasil dari tentangan tersebut adalah orang-orang musyrik (penentang al-Quran) tidak mampu untuk menjawabnya. Hal ini menunjukkan kebenaran al-Quran dan kedustaan para penentang al-Quran baik mereka yang meragukan isi maupun keautentikannya.

Tidak hanya itu, tantangan al-Quran ini juga berlaku hingga ini dan bahkan hingga hari kiamat, hal itu dibuktikan dengan tetapnya kebenaran akan kenabian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam semenjak dahulu hingga saat ini, juga kebenaran sifat melemahkan (i’jâz) al-Quran hingga hari kiamat. (Abdul Karim Zaidan, Ushûl ad-Dakwah, 31-32)

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa al-Quran adalah kalamullah dengan susunan teks maupun maknanya.

Semua yang terkandung dalam al-Quran adalah haq. Tidak ada keraguan sama sekali di dalamnya, hal ini dibuktikan dengan adanya tantangan al-Quran hingga hari kiamat untuk mendatangkan semisal darinya walau dengan satu surat terpendek sekalipun.

Oleh karenanya, jika ada yang meragukan dan menuduh dugaan isi al-Quran tidak benar dan tidak autentik, maka ia wajib untuk menjawab tantangan tersebut untuk membuktikan kebenaran tuduhannya. Wallahu a’lam (Amir Sahidin/dakwah.id)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *